PETANI PUYUH MILENIAL DI BANDUNG JAWA BARAT MENJADI JUARA

petani milenial bidang peternakan puyuh mengecek kondisi ribuan puyuh di kandangnya. Sesekali Uning, 24 tahun, merapikan wadah pakan dan mengecek ketersediaan air di kandang yang berada di kawasan Tanjungsari, Sumedang itu.

Petani asal Kabupaten Sukabumi ini sudah 8 bulan menjalani langkah sebagai petani milenial. Berbekal ilmu peternakan di kampusnya, kini Uning bisa mempraktikkan langsung di lapangan.

Uning sejatinya lulusan S1 Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia mantap melanjutkan apa yang ia dalami lewat Program Petani Milenial dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini.

“Memang backgroundnya peternakan terus lulus tuh ada info soal Petani Milenial kemudian saya mencoba daftar, alhamdulillah lolos dan akhirnya di tempatkan di Sumedang 1 tahun, sekarang baru 8 bulan,” jelasnya kepada Tim Jelajah Petani Milenial Juara Bisnis Indonesia, belum lama ini.

Uning mengaku dirinya memiliki passion di bidang peternakan. Pasalnya, ia menyukai hewan-hewan ternak, salah satunya adalah puyuh.

Unggas mungil dengan nama latin Conturnix ini sangat mudah dikembangbiakan. Alasannya, puyuh memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dari penyakit jika dibanding unggas lainnya untuk diternakkan.

“Karena puyuh itu lebih kuat dari penyakit, penyakitnya itu tidak sebanyak ayam, terus sifatnya harian penghasilannya karena bertelur tiap hari,” imbuhnya. Dari 2.000 ekor puyuh yang ia pelihara, setidaknya minimal 1.200 butir telur bisa ia panen setiap harinya.

Jumlah tersebut kata Uning masih belum maksimal. “Kita baru bisa panen 60 persen dari populasi. Karena ada kendala kemarin, tapi itu jadi tantangan untuk kita,” jelasnya. Secara ekonomi, telur puyuh juga menurutnya sangat diminati pasar.

Terlebih, usia produktifnya juga lumayan panjang yakni 18 bulan setelah usia produktifnya. “Puyuh ini bisa produksi di 45 hari, bisa berproduksi 18 bulan, setelah itu afkir dan bisa dimanfaatkan untuk dijual dagingnya,” jelasnya.

Uning mengaku, setiap bulannya ia selalu mendapat bimbingan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi (DKPP) Jawa Barat. “Setiap bulan itu dari DKPP ngontrol, kalau ada kendala dicarikan solusi bersama,” jelasnya.

Ia juga menargetkan produksi puyuh-puyuhnya bisa mencapai 80 persen agar penghasilan yang ia bisa terima terus meningkat. “Saya nanti mau mengembangkan di kampung saya di Sukabumi, sesuai dengan tagline pak Gubernur [Ridwan Kamil] Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Bisnis Mendunia,” imbuhnya.

Kepala DKPP Jawa Barat Moh Arifin Soedjayana mengatakan Uning mupakan fresh-graduate dari IPB jurusan peternakan, baru memulai usaha ternak puyuh di Tanjungsari dalam 1 tahun terakhir.

“Pendapatannya saat ini berkisar Rp3 juta-Rp6 juta per bulan. Memanfaatkan telur-telur puyuh yang off-grade untuk dibuat sebagai olahan. Juga membudidayakan dan menggunakan maggot sebagai upaya untuk efisiensi harga pakan,” katanya.

Bisnis Indonesia perwakilan Jawa Barat menggelar Program Jelajah Petani Milenial Juara. Perjalanan jurnalistik ini turut didukung oleh Humas Jabar dan Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat, Dinas Kehutanan Jawa Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, Dinas Perkebunan Jawa Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat, dan Bank BJB.
Sumber : https://bandung.bisnis.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *