PETERNAK MULAI BERNAFAS LEGA, HARGA AYAM MULAI TERKENDALI

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat sejak akhir Oktober 2020harga ayam mulai merangkak naik. Pada awal November ini peternak mulai bernafas lega karena harga ayam hidup membaik dan di atas harga pokok produksi (HPP).
 
Sepanjang 2019 dan 2020 peternak ayam broiler mengalami banyak kerugian karena harga ayam hidup yang jatuh di bawah HPP. Hal ini dikarenakan pasokan berlebih akibat importasi grand parent stock dua tahun sebelumnya.
 
Kondisi peternak makin memburuk pada 2020, pasokan berlebih diperparah permintaan yang merosot karena pandemi covid-19 yang mengakibatkan daya beli turun dan jalur distribusi yang terganggu.

Namun perlahanpeternak akhirnya bisa tersenyum walaupun belum bisa menutup kerugian dari 2019. Situasi harga yang membaik ini merupakan imbas positif dari hasil kerja keras Kementan yang mengeluarkan tiga surat edaran dalam kurun waktu dua bulan dengan tujuan memotong supply untuk menyeimbangkan supply dan demand.
 
Bukan hanya itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Nasrullah, juga memanggil seluruh pimpinan perusahaan untuk bersama sama mematuhi pemotongan suplai ini dan akan mengenakan sanksi tegas bagi yang tidak taat terhadap program yang dibuat oleh Kementan.
 
“Kami menegaskan tidak ragu untuk menegakkan kebijakan ini dan tidak memandang bulu kepada siapapun yang melanggar demi menyelamatkan perunggasan Indonesia,” kata dia dalam keterangan resminya, Kamis, 5 November 2020.
 
Kholiq, peternak ayam broiler Jawa Timur mengungkapkan kegembiraannya.”Alhamdulilah peternak sangat senang sekali bisa bertahan hidup. Walaupun populasi tinggal sedikit tapi kita masih ada kesempatan untuk bisa nyicil utang serta bisa narik lagi karyawan-karyawan yang telah kita rumahkan,” ujarnya.
 
Dia menilai Ditjen PKH kali ini sangat serius menangani masalah karut marutnya peternak. Langkah yang diambil dirjen selama ini menurutnya sudah baik seperti cuting telur.
 
“Untuk langkah ke depannya pak dirjen tetap wajib mantau populasi GPS, audit PS serta daya serapnya LB. Jika bagi integrator atau pelaku-pelaku breeder yang tidak menjalankan SE, menurut saya pelaku breeder wajib dikasih sanksi yang berat supaya menjadikan jera bagi mereka,” ucapnya.
 
Selain itu, ia menilai populasi GPS dan PS perlu dikurangi karena populasi yang ada di Indonesia masih lebih 20 persen. Untuk itu, jika Desember ini tidak dilakukan afkir dini lagi, akibatnya harga pada Januari dan seterusnya akan hancur lagi di bawah Rp14 ribu.
 
“Jika data GPS dan PS serta berita acara dan realisasi surat edaran bisa terbuka, maka peternak dan organisasi bisa membantu pemerintah untuk menindak pelaku-pelaku breeder yang bandel. Kami bisa ikut mengawal tentang jalannya SE. Mengingat jumlah doc sampai akhir 2021 masih lebih, jadi jika lepas kontrol dari pemerintahan akan semakin hancur pada 2021,” tegasnya.
 
Hal senada diungkapkan ekonom Indef Enny Sri Hartati. Dia mengapresiasi terbitnya tiga surat edaran di usia masa jabatan dirjen baru yang tergolong masih seumur jagung. Artinya langkah tersebut adalah terobosan cemerlang. Kendati begitu, dia juga menyampaikan sejumlah usul.
 
“Regulator itu harus menjaga rantai nilai ini terjadi transparansi. Jadi kebijakan itu harus transparan. Misalnya kalau memang over suplai ya cut. Tinggal law enforcement saja,” ujarnya.
 
Selain itu, dia juga memandang perlu adanya wadah informasi yang sifatnya selalu update. Dengan begitu, data-data bisa disa diakses banyak pihak.
 
“Dan sumbernya kan bisa dari para peternak di semua level kan bisa. Misalnya Dirjen PHK buka portal informasi real-time. Jadi kalau ada perubahan ketahuan, enggak numpuk, segera tahu kalau over suplai, dan kebijakan pemotongan supply bisa diambil,” ucapnya.
 
Enny menambahkan bergeliatnya kembali industri perunggasan akan berkontribusi langsung terhadap pemulihan ekonomi dampak pandemi, industri perunggasan menampung tenaga kerja cukup besar, dengan naiknya harga ayam ditingkat peternak akan meminimalisir terjadinya PHK.
 
“Hal ini sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus dapat menyediakan sumber protein dengan harga kompetitif guna meningkatkan imunitas masyarakat di tengah pandemi,” pungkasnya.

Sumber : https://www.medcom.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *