SOLUSI EFISIENSI BUDI DAYA UNGGAS DENGAN CLOSED HOUSE MINI

“Saat ini banyak peternak beralih ke closed house untuk meningkatkan produktivitas dan menekan potensi kerugian. Banyak faktor dari potensi ternak broiler yang kini mengalami perbaikan genetik yang signifikan tidak mampu keluar akibat faktor iklim yang kerap menggerus kesehatan ternak,” ujar Ramadhana Dwi Putra dalam Seminar Virtual Poultry Indonesia Forum bertajuk “Solusi Efisiensi dengan Closed House Mini” Sabtu (10/10/2020).

Rama-sapaannya, yang menjadi narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, banyak perbedaan dalam penggunaan kandang tertutup dibanding kandang terbuka (open house), misal dari kapasitas kandang, mortalitas hingga body weight.

“Kalau di kandang open house di berat antara 1,2-1,3 kg apabila terjadi cuaca ekstrem bisa membuat ayam panting yang tentunya mempengaruhi FCR dan lain sebagainya. Sementara pada kandang closed house memiliki keunggulan temperatur yang bisa dikendalikan dan minim faktor stres lingkungan,” jelas Rama yang kini menjabat Direktur PT Tri Satya Mandiri.
 
Perbedaan kandang open house, tunnel house dan closed house. (Foto: Dok. Infovet)


Ia menyatakan, penggunaan kandang closed house mini ini menjadi tepat guna bagi peternak unggas. “Karena mampu meningkatkan produktivitas, lahan yang dibutuhkan tidak begitu luas, bisa mencapai 7-8 periode bila tidak ada challenge yang tinggi. Namun perlu diperhatikan peralihan ke kandang closed house, adaptasi operator menjadi faktor utama dalam kualitas produksi,” paparnya.


Rama juga menjabarkan bagi peternak yang ingin beralih ke kandang closed house mini, idealnya dengan populasi 7.500-8.000 ekor per kandang.

“Investasi tergantung dari berapa populasi ternak yang dipelihara, pembuatan kandang ukuran 20 x 7 meter sudah cukup ideal. Yang terpenting perhatikan ventilasi udaranya. Karena kita menggunakan tunnel sistem, aliran udara yang masuk dan keluar, kecepatan angin, juga suhu untuk mengondisikan mileu ayam ini yang menjadi faktor kritis,” ungkap Rama.

Selain itu ia juga menyebut bahwa faktor DOC, pakan, manajemen (broodinggrading, biosekuriti) hingga market, turut menjadi penentu dalam keberhasilan budi daya unggas.

Seminar virtual yang dimulai pukul 10:00 WIB ini juga turut menghadirkan narasumber lain yakni dosen sekaligus Ketua Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Drh Sufiriyanto dan dihadiri sebanyak 260 orang peserta termasuk Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ir Sugiono yang mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. (RBS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *