Penyimpanan dan handling, serta yang meng-handle vaksin dapat meningkatkan keberhasilan vaksinasi. (Sumber: Istimewa)Penyimpanan dan handling, serta yang meng-handle vaksin dapat meningkatkan keberhasilan vaksinasi. (Sumber: Istimewa)
Penyimpanan dan handling, serta yang meng-handle vaksin dapat meningkatkan keberhasilan vaksinasi. (Sumber: Istimewa)
Penyimpanan dan handling, serta yang meng-handle vaksin dapat meningkatkan keberhasilan vaksinasi. (Sumber: Istimewa)

Vaksinasi merupakan tindakan yang biasa dilakukan untuk mencegah penularan penyakit infeksius. Dalam suatu vaksinasi, banyak faktor yang menentukan keberhasilannya, salah satunya kualitas vaksin. Bagaimana hendaknya menjaga kualitas vaksin agar tetap baik?

Meledaknya wabah African Swine Fever (ASF) beberapa waktu lalu membuat kebakaran jenggot seluruh industri peternakan. Selain berpotensi memusnahkan 100% populasi ternak babi, penyakit yang disebabkan oleh virus ASF belum ada vaksinnya, sehingga belum dapat dicegah. Namun begitu, data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa tidak 100% babi yang mati disebabkan oleh ASF, ada juga yang disebabkan oleh Hog Cholera.

Berbeda dengan ASF, Hog Cholera sudah memiliki vaksin. Kendati demikian, bagaimana Hog Cholera juga bisa ikut meledak? Tentunya selain manajemen beternak, manajemen vaksinasinya patut dipertanyakan. Oleh karenanya dalam mencegah penyakit dan menentukan kualitas vaksin yang digunakan, wajar rasanya apabila diperbaiki teknik dan manajemen vaksinasi yang dimiliki, sehingga vaksin tidak menjadi mubazir.

Kualitas Vaksin Harus Dijaga
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) menyatakan bahwa untuk mencapai tingkat perlindungan populasi yang memadai terhadap penyakit infeksius, maka vaksin yang digunakan untuk vaksinasi harus berkualitas baik. Secara umum, vaksin dikatakan memiliki kualitas baik jika segelnya masih utuh atau etiket produknya masih terpasang dengan baik, vaksin belum kadaluarsa (belum melewati expired date/tanggal kadaluarsa), serta bentuk fisiknya tidak berubah.

Tidak hanya itu, vaksin yang digunakan pun sebaiknya merupakan jenis vaksin yang homolog dengan virus di lapangan. Semakin tinggi homologi vaksin akan memberikan perlindungan lebih sempurna, sehingga ternak tidak mudah terinfeksi, penurunan produksi tidak terjadi dan shedding virus dari feses atau pernapasan terminimalisir.

Menurut Factory Manager PT Sanbio Laboratories, Drh Arini Nurhandayani, di lapangan sendiri vaksin dengan kualitas baik ternyata masih belum menjamin akan berhasil membentuk kekebalan protektif. “Kalau homologi sudah oke, tinggal handling vaksinasinya saja yang harus baik, oleh karenanya kualitas vaksin jangan dikesampingkan, kalau tidak pasti akan bermasalah,” tutur Arini.

Kualitas vaksin tidak boleh diremehkan, karena kualitas vaksin berkaitan erat dengan hasil vaksinasi. Terkait dengan kualitas fisik vaksin ini, ada sejumlah faktor risiko yang mengancam terutama selama proses pendistribusian vaksin.

Seperti diketahui bersama bahwa semua jenis vaksin tidak stabil pada… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020) (CR)

Narasumber : http://www.majalahinfovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *