PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. menyalurkan bantuan tiga kandang ayam bersistem closed house untuk tiga perguruan tinggi Indonesia dengan kapasitas maksimal sebesar 20.000 ekor sebagai dukungan dalam riset pengembangan budi daya unggas. 

Sistem kandang closed house sendiri dinilai mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam usaha perunggasan. Adapun, tiga perguruan yang menerima bantuan closed house ini adalah Universitas Udayana, Universitas Brawijaya, dan Universitas Sebelas Maret. 

Presiden Direktur Charoen Pokphand Indonesia Tjiu Thomas Effendy mengemukakan perusahaan  juga telah menghibahkan tujuh kandang closed house untuk tujuh perguruan tinggi dalam negeri lainnya.

“Kita tahu industri peternakan kini sudah bertransformasi. Sekarang sudah zamannya closed house,” tutur Thomas

Selain padat modal, Thomas menyebutkan pengembangan kandang closed housejuga potensial menyerap tenaga kerja. Kendati demikian, salah satu kendala yang dihadapi adalah terbatasnya sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi untuk pengelolaan closed house

Ia pun mengharapkan kerja sama dengan perguruan tinggi ini dapat menjadi momentum untuk mendorong lahirnya tenaga kerja terampil yang dapat mendukung perkembangan kandang closed house di Tanah Air.

Untuk pembangunan satu kandang closed house dengan kapasitas 20.000 ekor, Thomas menuturkan perusahaan menyiapkan investasi senilai Rp2 miliar. Kapasitas kandang yang telah dibangun pun ia sebut bervariasi mengingat ketersediaan lahan tiap perguruan tinggi terbatas.

Pemanfaatan closed house dalam pengembangbiakan unggas disebut Thomas lebih efisien dibanding sistem open house yang masih dipertahankan oleh sebagian besar peternak mandiri dalam negeri. Dengan suhu yang bisa diatur sesuai kebutuhan unggas, risiko kematian selama perawatan dapat ditekan. 

Masa penggemukan unggas sampai masa panen pun disebutnya lebih pendek dibanding perawatan dengan sistem open house.

“Kematian ayam siap potong [livebird] bisa ditekan sampai di bawah 3% dengan sistem closed house. Selain itu, untuk mencapai berat panen di kisaran 1,7 kilogram sampai 1,8 kilogram, di closed house hanya membutuhkan 30 sampai 32 hari, sementara di open house bisa sampai 35 hari,” ujarnya.

Lewat jalinan kemitraan dengan peternak plasma, Thomas menyebutkan saat ini sekitar 30% mitra emiten dengan kode saham CPIN tersebut telah memanfaatkan sistem closed house. Efisiensi perawatan unggas, sambungnya, sekaligus menjadi salah satu upaya industri perunggasan Indonesia dalam meningkatkan daya saing di tengah wacana masuknya produk unggas asal Brasil. 

Usaha perunggasan dalam negeri pun disebutnya masih mengalami kendala dalam efisiensi dalam biaya pakan.

“Dari biaya pakan kita masih kalah dibanding Brasil karena mereka memiliki keunggulan dari bahan baku sebagai produsen kedelai dan jagung yang besar. Untuk kedelai kita bahkan harus mengimpor. Kedelai sendiri adalah sumber protein dalam pakan yang tidak bisa disubtitusi,” ujarnya.

Narasumber : ekonomi.bisnis.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *