Peternak sapi perah meyakini pemberdayaan koperasi menjadi kunci untuk mengembangkan produksi susu sapi dalam negeri.

Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana menilai penguatan koperasi peternak sapi perah menjadi suatu hal yang tak terhindarkan. Berkaca pada produksi susu segar di banyak negara, dia mengemukakan peternakan berbasis koperasi memainkan peran yang signifikan.

“Pendayagunaan koperasi ini harus dan mutlak karena dengan demikian mereka bisa terpacu untuk meningkatkan pendapatan. Lewat koperasi juga bisa meningkatkan nilai tambah,” kata Teguh ketika dihubungi Bisnis, Senin (30/12/2019).

Dia mengemukakan pendayagunaan koperasi ini perlu dibarengi denhan peningkatan kualitas demi mencapai efisiensi. Sebagaimana diketahui, produktivitas sapi perah kelolaan peternak rakyat yang belum maksimal membuat bisnis susu segar cenderung jalan di tempat.

“Pemerintah dulu pernah memacu peningkatan kualitas koperasi dengan mewajibkan produksi susu segar sebanyak 20 ton sehari agar efisien. Kalau tidak nanti menjadi tidak efisien. Di negara mana pun peternak sapi perah pada umumnya berkoperasi, termasuk di Amerika Serikat, Belanda, dan India,” tuturnya.

Dia pun mengusulkan agar pemerintah mengambil kebijakan berani melalui pemberian subsidi untuk pengadaan indukan sapi perah impor demi perbaikan kualitas produksi. Dengan harga sapi perah impor saat ini yang berkisar di angka Rp40 juta per ekor, dia menyebutkan pemeliharaan menjadi tidak feasible sekalipun terdapat skema kredit usaha rakyat (KUR).

“Kalau untuk pengembangan sapi potong pemerintah mengeluarkan bantuan untuk ribuan sapi potong indukan eks impor. Mengapa tidak dilakukan untuk sapi perah? Upaya ini juga sekaligus untuk menumbuhkan peternakan skala menengah yang efisien. Dengan pemberian subsidi sekitar Rp20 juta per ekor, peternak dapat meningkatkan kepemilikan sapinya melalui KUR,” ujar Teguh.

Ketika ditanyai mengenai pengadaan bibit sapi perah impor, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian Sugiono mengemukakan bahwa sepanjang 2019, total pemasukan bibit sapi perah berjumlah 3.420 ekor. Importasi sendiri dilakukan oleh perusahaan peternakan sapi perah.

Hal ini kontras dengan kondisi koperasi. Teguh menyatakan importasi bibit tak banyak dilakukan peternak rakyat karena tak didukung dengan skema pembiayaan yang mumpuni. Di sisi lain, dia pun mengusulkan agar pemerintah menugaskan salah satu BUMN atau koperasi untuk melakukan kegiatan pembesaran pedet.

“Saat ini setiap tahun lahir sekitar 50.000 ekor pedet sapi perah betina yang membutuhkan pemeliharaan secara khusus agar dapat menjadi sapi perah berkualitas. Di tangan peternak dengan berbagai keterbatasan, pedet tersebut tidak dapat tumbuh menjadi sapi perah pengganti yang berkualitas,” sebutnya.

Narasumber : https://ekonomi.bisnis.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *