
- 08-08-19
- 1,435
- Iptek
-
Potensi Pengembangan Ternak Domba Waringin
![]() |
Domba Waringin yang beratnya mencapai 135 kg dari penelitian Ir Tirta Waringin. (Sumber: Tirta Waringin) |
Nama domba Waringin tidaklah setenar nama domba Garut dari Jawa Barat, namun jenis domba Waringin yang berasal dari Desa Stabat, Langkat, Sumatera Utara (Sumut) ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan, karena keunggulannya sebagai penghasil daging melebihi domba lain yang ada di Indonesia saat ini. Domba Waringin berasal dari persilangan (crossing) domba lokal dengan domba introduksi yang menghasilkan domba Waringin jantan berbobot 180 kg, padahal domba lokal setempat hanya berbobot 25-40 kg saja.
Populasi domba tahun 2014 di Langkat, Sumut tercatat 800.000 ekor, di mana 80% adalah domba Waringin atau keturunan domba Waringin. Jenis domba ini banyak diminati peternak domba, karena menurut Tista Waringin, orang yang melakukan persilangan domba Waringin, presentase karkasnya mencapai 55%, padahal umumnya domba jenis lain hanya mencapai 48,18%, dengan syarat dipelihara secara intensif.
Keunggulan lainnya ialah kandungan lemak domba Waringin lebih rendah hanya 2-3% dan serat dagingnya lebih halus, dengan syarat jangan terlalu banyak memberi pakan berupa ampas tahu agar lemak tidak tinggi.
Asal Domba Waringin
Domba Waringin sesungguhnya memiliki garis keturunan domba Barbados blackbelly (asal Karabia), domba St. Croix (asal Kepulauan Virgin, AS) dan domba Suffolk (asal Inggris). Melalui tangan dingin Tista yang mengawali persilangan sejak 1990, dimana induk dari masing-masing domba memiliki keunggulan tersendiri. Misalnya induk domba lokal ekor tipis memiliki keunggulan tahan penyakit cacing dan cepat berkembang biak, hanya saja bobot badannya relatif kecil. Sedangkan domba Suffolk memiliki keunggulan bobot badan jantan bisa mencapai 200 kg dan induk betina 150 kg (di Indonesia hanya mencapai bobot 60-80 kg). Sementara domba Barbados blackbelly memiliki keunggulan sangat toleran terhadap panas dan berstamina tinggi, namun tubuh relative kecil dan pertumbuhan agak lambat. Sedangkan domba St. Croix keunggulanya tahan terhadap internal parasit (cacing), berkadar lemak rendah dan bobot badan jantan mencapai 90 kg dan betina 68 kg.
Sistem persilangan yang telah dilakukan untuk menghasilkan Domba Waringin sebagai berikut:
Barbados Blackbelly |
↓ |
Lokal Ekor Tipis |
↓ |
|||
↓ |
||||||
↓ |
Domba Lokal Ekor Tipis |
|||||
↓
|
||||||
Karakteristik Domba Waringin
Untuk pengembang-biakan domba Waringin selanjutnya, perlu mengetahui karakteristik produksi dan reproduksi dari domba tersebut, seperti pada Tabel 1 bekikut.
Bobot badan rata-rata (kg)
|
||
Jumlah anak/kelahiran rata-rata
(ekor) |
||
Kemampuan hidup di ketinggian
(dpl) |
Pemberian Pakan
Kuantitas dan kualitas pakan sangat menentukan produksi dan reproduksi domba Waringin, walau secara genetik sudah memiliki berbagai keunggulan dibanding jenis domba lainnya. Volume pemberian pakan disesuaikan dengan periode umur domba. Semakin tua domba maka jumlah yang diberikan semakin banyak, di mana hijauan merupakan makanan utamanya dan biasanya diberikan pada siang dan sore hari.
Pada awal kelahiran sampai dengan usia 2-3 minggu, asupan gizi anak domba diperoleh dari susu induk. Setelah lebih dari umur tiga minggu, mulai diperkenalkan pakan hijauan muda secara seimbang agar mudah dicerna.
Setelah dilakukan penyapihan (umur di atas tiga bulan), pedet diberikan rumput segar sekitar 1-1,5 kg/ekor/hari, dengan dicampur dedaunan 0,5-1,0 kg/ekor/hari sehingga total hijauan 1,5-2,5 kg/ekor/hari atau 10% dari bobot tubuh domba.
Setelah memasuki masa dewasa (umur delapan bulan), diberikan pakan hijauan saja, tetapi tetap dikombinasikan dengan berbagai dedaunan. Contohnya rumput dicampur daun lamtoro dengan perbandingan 3:1 dan diberikan sebanyak 10% dari bobot tubuh.
Domba betina hamil (umur di atas 12 bulan) diberikan pakan berupa rumput 50% dan hijauan sumber protein 50% ( 1,5-2,0 kg/hari) plus dedak padi sebanyak 400-600 gr/hari. Cara pemberian pakan ini terus dipertahankan sampai induk melahirkan dan menyusui anaknya.
Untuk penyusunan pakan domba, peternak harus terlebih dulu mengetahui komposisi dari tiap bahan pakan, seperti pada Tabel 2 berikut.
Team Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet IPB (2014).
Pemberian Konsentrat
Konsentrat adalah bahan pakan yang tinggi kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) dan rendah kandungan serat kasarnya (di bawah 18%), yang berfungsi sebagai bahan tambahan nutrisi pakan agar lebih lengkap, sehingga produktivitas domba tinggi. Konsetrat terbuat dari kombinasi jagung giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes, umbi yang dicampur ikan, udang, kulit, darah dan bulu ayam (bisa diberikan maksimal 40% dari kandungan protein total ransum untuk dewasa dan 10% dari protein ransum untuk grower) dan ini mampu menaikkan bobot badan 134 gr/ekor/hari.
Perbandingan (proporsi) pemberian rumput, hijauan sumber protein/dedaunan dan konsentrat pada berbagai umur dan kondisi domba, seperti padaTabel 3 berikut.
Anak belum disapih (umur 3 minggu-3 bulan)
|
|||
Anak lepas sapih (umur 3 bulan-8 bulan)
|
|||
Domba dewasa (umur di atas 8 bulan)
|
|||
Program Vaksinasi
Untuk meminimalisir peluang munculnya serangan penyakit pada domba Waringin selain perlu dilakukan perawatan kebersihan kandang, peralatan dan tubuh domba sendiri (memandikan, gunting kuku dan pencukuran bulu), juga dianjurkan untuk divaksinasi setiap enam bulan sekali, dengan cara menyuntikan vaksin ke tubuh bagian belakang punggung domba. Vaksinasi mulai dilakukan sejak anak domba berumur satu bulan, yang diulangi kembali pada usia 2-3 bulan sekali. Jenis vaksin yang diberikan antara lain, spora, serum anti antraks, vaksin AE dan vaksin SE (Septichaemia Epizootica). Program Vaksinasi domba Waringin, seperti pada Tabel 4 berikut.
Vaksin Brucella
Strain RB51 dan Strain 19 |
Pemberian Jamu
Pertambahan bobot badan 2-3 kg/bulan sudah umum tercapai namun kenaikan tersebut masih dapat didongkrak menjadi 4-5 kg/bulan, yaitu dengan pemberian jamu dari campuran kunyit Curcuma domestica, temulawak Curcuma zanthorrhiza, daun sirih Annona muricata, kencur Kaempferia galanga dan jahe Zingiber officinale. Domba minumi jamu dua kali/hari dengan dosis 10 ml dalam 1 liter air minum. Dosis untuk domba dewasa 10 ml dan domba remaja 5 ml. Manfaat lain pemberian jamu mengurangi bau kotoran.
Cara pembuatan jamu:
1. Siapkan rimpang jahe, kunyit dan temulawak masing-masing 1 kg. Daun sirih beberapa lembar dan rimpang kencur.
2. Bahan-bahan diparut atau ditumbuk dan diperas hingga keluar sarinya. Air sari yang terkumpul diencerkan dalam 20 liter air.
3. Larutan itu ditambahkan tetes tebu/molase atau gula merah dan mikroorganisme.
4. Semua bahan diaduk dan dimasukkan ke dalam wadah. Kemudian mulut wadah disumbat/ditutup lalu simpan di tempat teduh. Setiap minggu tutup wadah dibuka dan diaduk-aduk untuk mengeluarkan gas yang terbentuk dan agar larutan tercampur merata.
5. Setelah tiga minggu proses fermentasi (tercium bau tapai), jamu siap diberikan kepada domba.
Demikian sekilas tentang ternak domba Waringin yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging.
Ir Sjamsirul Alam
Praktisi peternakan,
alumni Fapet Unpad
Similar Posts:
- Comments
- 0