Zulkarnaen menciptakan Inovasi baru, Produksi pakan ternak dari daun kering di masa musim kemarau panjang. Daun kering menjadi salah satu faktor berternak kambing  bisa dijadikan  usaha utama. Kambing menjadi gemuk dan sehat, sudah pasti diidamkan para peternak karena harga dipasaran kambing akan naik atau meningkat.

Akan tetapi, masih banyak peternak yang memberi pakan seadanya atau hanya mengandalkan dari daun segar dan rumput hijau. Begitu datang musim kemarau, peternak merasa kesulitan mencari pakan untuk ternaknya dan hal tersebut justru menjadi momok bagi peternak.

Dari kebutuhan pakan ternak tersebut, serta untuk mengatasi kesulitan saat musim kemarau panjang untuk mencari pakan pengganti yang biasanya menggunakan pakan dari daun segar atau rumput hijau.

Metode pembuatan olahan pakan ternak alternatif  itu menurut Sertu Zulkarnaen, selaina menggunakan  bahan baku sampah daun-daun kering, juga ditambah  bekatul, garam, gula merah dan cairan prebiotik EM4 .

Hasil inovasi Sertu Zulkarnaen ini, sangat mudah dibuat sendiri. Selain irit penggunaannya, pakan tersebut bernilai ekonomis dan murah ongkos produksinya.

sertu zulkarnain Sertu Zulkarnain di depan kandang kambing piaraannya.(koesma)

Bahkan pakan ternak fermentasi tersebut, diklaim mampu bertahan dalam waktu hingga berbulan-bulan dan memiliki kandungan nutrisi sehingga aman dikonsumsi oleh hewan ternak.

Sertu Zulkarnaen saat ditemui di kediamannya di Dusun Kediri RT/02 RW/02, Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan menuturkan, penemuan pakan ternak kambing fermentasi hasil inovasinya tersebut, dilatarbelakangi dari kegelisahannya karena kesulitan mencari pakan untuk 12 ekor kambing miliknya saat musim kemarau yang berkepanjang sekarang ini.

“Munculnya Ide buat pakan ternak kambing dari bahan dasar sampah daun kering ini, berawal dari musim kemarau saat ini. Karena sulit mencari pakan ternak dedauan segar atau rumput hijau, dari situ saya berfikir mencari solusinya agar kambing tidak kelaparan dan bisa terus diberi pakan,” ujarnya kepada PoskotaNews.com, Rabu (6/11/2019).

Selain kelangkaan pakan saat kamarau, kata Sertu Zulkarnaen,  ia melihat kambing juga suka memakan kertas, yang bahan bakunya dari pohon kering.

“Dari situlah muncul  ide mencoba membuat olahan pakan alternatif dari sampah daun kering. Karena kertas yang dimakan kambing liar berasal dari pohon, pastinya daun kering yang sama-sama notabenenya berasal dari pohon pasti bisa dijadikan pakan alternatif untuk kambing,” tuturnya.

“Jadi malam itu saya berpikir, kambing yang dilepas liarkan seperti di pasar tetap makan dan sembarang lagi makannya. Bahkan sampai kertas pun dimakan, dan kambing itu tetap hidup dan sehat meski tidak diberikan pakan dari dedaunan segar atau rumput hijau.”

Dikatakannya, limbah batang pisang, jerami dan serasah daun jati saja dapat dijadikan pakan ternak apabila difermentasi.

“Saya lihat di sekitar lingkungan rumah saya ini saja banyak daun kering, kenapa nggak saya coba saja dibuat pakan alternatif untuk ternak kambing,”kata dia.

“Pakan ternak kambing hasil fermentasi yang diolah dari bahan dasar sampah daun kering, lalu dicampuri dengan bekatul, garam, gula merah dan cairan prebiotik EM4, “ kata angggota TNI AD yang sebelumnya pernah bertugas di Batalyon Raider Aceh Timur tahun 1990-2008 ini.

Dengan pakan ternak ini, akunya, dia dapat menghemat tenaga dan waktu ditengah menjalankan tugasnya setiap hari sebagai Bintara pembina desa (Babinsa).

“Sebelum menemukan pakan fermentasi, tadinya tidak sempat setiap hari  harus ngarit cari ramban (dedaunan segar). Tapi setelah ada pakan fermentasi ini, saya bisa menghemat waktu dan tenaga, mau memberi makan tinggal ambil saja di persediaan,” tuturnya.

Menurut pria yang lulus pendidikan militer TNI AD melalui jalur tamtama di Rindam Pematang Siantar tahun 1989-1990 ini, Inovasi pakan ternak kambing dari sampah daun kering yang sudah difermentasi, baru ia lakukan empat bulan belakangan ini dan saat ini sedang dilakukan uji lab pengujian nutrisi dan mutu pakan ternak di Fakultas Universitas Lampung (Unila).

“Baru empat bulan saya mulai membuat dan kembangkan hasil inovasi sampah daun kering jadi pakan ternak,  dan sejauh ini berhasil. Hasil temuan inovasi saya ini sedang uji lab, dan alhamdulilah dapat dukungan dari Pemkab Lamsel,”bebernya.

Bahkan menurut pria kelahiran Desa Indrapura, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara ini, dirinya sempat dibilang gila dan nyeleneh oleh temannya sesama anggota TNI AD, karena melihat ia tengah mengumpulkan sampah daun-daun kering yang akan digunakan untuk pakan ternak kambing miliknya.

“Jadi saat itu teman saya bilang, buat apa sampah daun kering dikumpulkan dan dibawa pulang. Saya bilang ke dia (teman), mau untuk makan kambing di rumah. Ya dibilang gila karena teman saya inikan belum tahu sebenarnya, kalau sampah daun kering yang saya kumpulkan dan dibawa pulang itu mau saya fermentasi menjadi pakan ternak,”ucapnya.

Meski baru tiga tahun tinggal di Dusun Kediri, Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo Lampung Selatan, Sertu Zulkarnaen bersama istri, Kristina Susanta (42) dan ketujuh anaknya berhasil berternak kambing dan mampu menciptakan pakan hasil inovasi yang diolah dari bahan dasar sampah daun kering dengan cara difermentasi.

“Kalau beternak kambing, baru sekitar enam bulan. Awalnya punya 6 ekor kambing, kalau sekarang ini ada 36 ekor kambing. Tapi yang saya pelihara sendiri di rumah, ada 12 ekor dan sisanya 24 ekor kambing saya gadokan ke masyarakat,” kata dia.

Dirasa berhasil, kata bapak tujuh orang anak yang ramah dan sangat familiar ini, ia menularkan hasil temuannya ke warga disekitar tempat tinggalnya serta para kelompok peternak di beberapa Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan.

Sertu Zulkarnaen pun berharap, hasil inovasi dan kegiatannya ini dapat terus didukung oleh pemerintah setempat (Pemkab Lamsel) dan disosialisasikan ke masyarakat.

Selain membantu peternak membuat pakan alternatif, lanjut Sertu Zulkarnaen, kegiatan ini juga dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) akibat pembakaran sampah daun-daun kering.

“Saya akan terus kembangkan hasil inovasi ini untuk membantu peternak di Lampung Selatan, mudah-mudahan bisa didorong ke semua masyarakat Lampung Selatan. Harapannya, tidak ada lagi peternak yang kesulitan mencari pakan di musim  kemarau dan tidak ada lagi peternak yang menjual ternaknya ke tengkulak dengan harga murah disaat musim kemarau,” terangnya.

Meski berdinas sebagai Bintara pembina desa (Babinsa) di desa binaannya, Desa Sidodadi dan Seloretno, Kecamatan Sidomulyo, Sertu Zulkarnaen tetap mempersipkan bahan pakan fermentasi hasil inovasinya untuk makanan ternak 12 ekor kambing miliknya, dan kelompok peternak di desa binaannya tersebut.

“Berdinas atau libur tidak menjadi soal, saya tetap mengorbankan waktu saya untuk mengabdi. Saya inikan Babinsa, tugasnya mengayomi masyarakat sembari memberikan sosialisasi hasil inovasi pakan ternak temuan saya ini,”pungkasnya. (Koesma/tri)

Narasumber : poskotanews.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *