Ayam potong di pasar (Foto: Google Image)

Arus masuk importasi ayam dari diprediksi meningkat
pasca-kekalahan Indonesia gugatan di Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). Menanggapi hal ini, Gabungan Organisasi Peternak Ayam
Nasional (Gopan) memiliki tiga usulan untuk pemerintah.

Pertama, Gopan berharap pemerintah memperhatikan harga
sarana produksi ternak (sapronak) agar memiliki harga yang terjangkau dan tidak
memberatkan kelompok peternak-peternak mandiri skala kecil dan menengah.
Sapronak terdiri sejumlah bahan baku yang dibutuhkan
dalam pengelolaan produksi peternakan. Dalam konteks peternakan ayam, komponen-komponen
sapronak terdiri dari bibit ayam, pakan, serta obat-obatan.
Menurut Sekretaris Jenderal Gopan Sugeng Wahyudi, biaya
pakan yang dibutuhkan dalam pengelolaan produksi peternakan saat ini masih
terbilang tinggi. Tingginya biaya pakan membuat Harga Pokok Produksi (HPP)
dalam pengelola produksi peternakan juga menjadi tinggi. Hal ini dikhawatirkan
akan membuat ayam yang diproduksi oleh peternak mandiri memiliki harga yang
tidak kompetitif, apabila dibandingkan dengan harga ayam impor yang masuk dari
nantiya.
Gopan berharap agar pemerintah menyediakan skema pembiayaan
dengan bunga yang murah bagi peternak-peternak ayam yang mau meng-upgrade
kualitas dan kapasitas kandangnya. Menurut Sugeng, prasarana berupa kandang
memiliki peran yang penting dalam menentukan efisiensi biaya pengelolaan
produksi peternakan ayam.
“Kandang-kandang ini harus di-upgrade agar produktivitas
meningkat. Kalau produktivitas meningkat, biaya-biaya produksinya juga bisa
turun,“ terang Sugeng kepada Kontan.co.id, Jumat (9/8).
Sementara itu, Sugeng menilai bahwa kondisi kandang yang
dimiliki oleh peternak umumnya kurang memenuhi syarat karena belum menggunakan
sistem closed house. Padahal,
pembiayaan yang diperlukan untuk meng-upgrade kandang ke dalam bentuk kandang
dengan sistem closed-house
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Gopan juga berharap pemerintah bisa mempertahankan
pasar-pasar tradisional yang ada sebagai ‘lahan’ bagi peternak rakyat skala
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Sugeng menjelaskan bahwa selama ini saja peternak mandiri
sudah mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan besar
yang memasarkan produknya di pasar tradisional. Namun demikian, arus importasi
ayam yang masuk dari Brasil dinilai berpotensi memperparah kondisi persaingan
yang ada di pasar tradisional lantaran dapat memicu peningkatan jumlah suplai
produk ayam perusahaan-perusahaan besar di pasar tradisional.
Dalam hal ini, Sugeng menilai perlu ada campur tangan
pemerintah untuk melindungi peternak-peternak ayam skala kecil dan menengah.
“Perusahaan besar dan perusahaan kecil itu kan
pasarnya sama. Maka dari itu saya usulkan harus ada kekhususan bagi peternak
rakyat agar mereka bisa tetap eksis,“ sebut Sugeng. (Sumber: kontan.co.id)  

 

Agribiz Network

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *