Berdasarkan data Bloomberg, saham emiten bersandi PT Charoen Pokphand Indonesia itu terkoreksi 3,06% ke level Rp7.125 per saham pada awal perdagangan, Jumat (25/10/2019).

Pada perdagangan sebelumnya, PT Charoen Pokphand Indonesia melesat 650 poin atau 9,79% ke level Rp7350 per saham. Di level harga tersebut, PT Charoen Pokphand Indonesia mencetak return 41,35% dalam sebulan.

Kencangnya laju PT Charoen Pokphand Indonesia dalam 1 bulan terakhir membuat kinerja saham emiten perunggasan itu berbalik positif sepanjang tahun berjalan 2019. PT Charoen Pokphand Indonesia menguat 1,73% secara year-to-date hingga akhir perdagangan kemarin.

Analis PT Kresna Sekuritas Timothy Gracianov menilai pertumbuhan signifikan PT Charoen Pokphand Indonesia dalam jangka pendek disebabkan oleh pelaku pasar yang mulai menyadari saham valuasi emiten unggas itu sudah rendah.

“PT Charoen Pokphand Indonesia ketika harganya diperdagangkan Rp5.000 per saham itu di bawah standar deviasi untuk P/E [price to earnings] ratio-nya. Jadi wajar saja kalau market leader ini kembali menunjukkan taringnya dari pergerakan harga sahamnya,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (24/10/2019).

Selain itu, dia menambahkan segmen broiler PT Charoen Pokphand Indonesia akan membaik dengan adanya pemangkasan produksi lanjutan dari pemerintah untuk kuartal IV ini.

Berdasarkan data Bloomberg, berada di kisaran 31,34 kali dengan laba per saham sekitar Rp234,52.

Sebelumnya, Timothy merekomendasikan hold PT Charoen Pokphand Indonesia dengan target harga Rp5.300 per saham.

Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama mengatakan meroketnya saham PT Charoen Pokphand Indonesia pada perdagangan kemarin disebabkan oleh selesainya gelaran pesta politik selama setahun terakhir.

“Ini adalah euforia pasar terkait pelantikan presiden dan wakil presiden serta penetapan menteri yang berlangsung secara kondusif memberikan katalis positif bagi penguatan IHSG maupun rupiah. Dengan demikian, semua sektor telah mengalami penguatan termasuk PT Charoen Pokphand Indonesia,” katanya.

Menurutnya, dengan adanya faktor stabilitas politik, keamanan maupun makroekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan turut mendorong kepercayaan pelaku investor.

“Apalagi Indonesia merupakan negara emerging market dalam kategori investment grade. Penguatan IHSG pada hari ini terjadi lagi karena pelaku pasar sangat mengapresiasi hasil RDG BI dalam rangka penetapan penurunan BI 7DRR rate sebesar 25 bps,” ungkapnya.

Narasumber : market.bisnis.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *