AK 9 Benih 1 1 - Pengangkutan Benih Ikan Sistem Basah-Tertutup
-Tertutup

antarpulau bukan lagi kendala. Beragam sistem transportasi bisa dijadikan pilihan. Salah satunya sistem basah-tertutup. Saat ini, pengangkutan benih ikan antar pulau sudah biasa dilakukan karena sarananya cukup tersedia. Namun begitu, salah penanganan dalam pengangkutan benih ikan antarpulau bisa berakibat pada kematian benih atau penurunan kondisi kesehatan benih.
Faktor utama yang menjadi penentuan keselamatan benih ikan selama pengangkutan adalah air media. Kondisi air media harus diusahakan dalam keadaan normal, baik temperatur, pH, maupun kandungan oksigennya. Di samping itu, kepadatan dan jumlah benih ikan yang diangkut serta lamanya waktu pengangkutan juga perlu mendapat perhatian.

-Tertutup

Pernyataan Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan menguatkan hal tersebut. Dikatakan bahwa kesehatan ikan dipengaruhi oleh perubahan parameter kualitas air. Parameter yang harus dipertimbangkan adalah suhu, oksigen terlarut, pH, karbondioksida, amoniak, dan keseimbangan garam dalam darah ikan. Tingkat perubahan setiap parameter dipengaruhi oleh berat dan ukuran ikan yang akan diangkut dan durasi transportasi.
Benih ikan sensitif terhadap perubahan temperatur air. Menurut Murtidjo, temperatur air yang tidak cocok saat pengangkutan membuat benih ikan mengalami cekaman. Oleh karena itu, pengangkutan dilakukan pada saat temperatur rendah, misalnya pada pagi hari atau sore hari. Jika terpaksa, misalnya pada siang hari, pengangkutan benih dapat menggunakan es.
Kandungan oksigen dalam pengangkutan benih ikan sangat erat hubungannya dengan kepadatan, jumlah benih ikan, dan lamanya waktu pengangkutan. Jika oksigennya sedikit, jumlah benih ikan yang ditampung dalam media juga sedikit dan waktu angkut pun menjadi singkat. Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, dasar yang biasa digunakan untuk mengukur konsumsi ikan atas oksigen selama pengangkutan adalah berat ikan dan suhu air. Selain itu, nilai pH, CO2, dan amoniak juga berpengaruh penting.
Ada batasan tertentu antara perbandingan air dan kandungan oksigen.

Menurut Murtidjo, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pengangkutan benih ikan di antaranya sebagai berikut.

1. Jenis ikan. Hal ini disebabkan kebutuhan oksigen untuk setiap spesies ikan berbeda-beda. Misalnya antara ikan mas dan ikan lele.
2. Usia dan ukuran ikan. Semakin besar ukuran benih ikan, semakin besar pula kebutuhan oksigennya.
3. Resistensi ikan. Benih ikan yang diberi pakan buatan memiliki daya tahan lebih rentan dibandingkan dengan benih ikan yang diberi makanan alami.
4. Temperatur air. Pengangkutan benih ikan harus dilakukan dalam kondisi temperatur air normal atau lebih rendah. Pengangkutan benih ikan dalam temperatur air lebih rendah akan mengurangi respirasi ikan sehingga kandungan oksigen terlarut dalam air tinggi. Temperatur air yang tinggi akan mengurangi oksigen dalam air.
5. Lama waktu pengangkutan. Semakin dekat jarak tempuh, semakin besar tingkat hidup benih ikan yang dicapai.
6. Sistem pengangkutan. Semakin cepat dan mudah sistem pengangkutan yang digunakan, peluang mencapai keberhasilan dalam pengangkutan pun lebih besar.
Pengemasan
Pengangkutan benih ikan biasa dilakukan dalam kemasan kantong plastik dengan kepadatan benih ikan berkisar 5.000—8.000 ekor untuk setiap 5—8 liter air. Sementara volume oksigen antara 15—20 liter.

Jika menggunakan kontainer atau wadah yang dilengkapi sarana saluran oksigen, jumlah benih yang diangkut sekira 1 juta ekor, benih ikan berusia 2—3 hari atau benih ikan yang baru mulai makan. Jika menggunakan wadah bervolume 100 liter, benih yang bisa diangkut sebanyak 100.000 ekor. Minimal, benih ikan berusia 2—4 minggu dapat diangkut dalam kantong plastik sebanyak 500—2.000 ekor benih ikan per kantong. Selain itu, jika wadah bervolume 100 liter dapat dipakai untuk mengangkut benih air sebanyak 10.000.
Tabel ukuran benih ikan dan kapasitas kantong
Ukuran Benih Ikan (cm) Jumlah Benih Ikan (Ekor)
1—3 1.600
5—8 600
10 –12 500
Sumber : Murtidjo (2001).

Pengangkutan sistem tertutup ini sangat cocok diterapkan untuk pengiriman jarak jauh atau pun antar pulau. Hanya saja, faktor oksigen merupakan hal yang mutlak dibutuhkan. Wadah pengangkutan dapat menggunakan kantong plastik dengan ketebalan 0,015 mm—0,2 mm, yang cukup kuat untuk diisi air sekitar 10 liter.

Menurut Murtidjo, pengangkutan sistem tertutup terbagi dua, yaitu (1) pengangkutan yang lamanya di bawah 8 jam dan (2) pengangkutan yang lamanya lebih dari 12 jam. Pengangkutan benih ikan yang menempuh waktu perjalanan kurang dari 8 jam dapat dilakukan dengan cara berikut.
1. Kantong plastik (2 lapis) diisi air sebanyak 10 liter, kemudian diisi benih ikan dan ditambah oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 1 : 1. Selanjutnya plastik diikat.
2. Untuk menghindari kebocoran, kantong plastik berisi benih ikan sebaiknya dimasukkan dalam kardus dan temperaturnya tetap dipertahankan dengan kisaran 27—29 ◦C.
Sementara, pengangkutan benih ikan yang menempuh waktu perjalanan lebih dari 12 jam dapat dilakukan dengan cara berikut.
1. Kantong plastik (2 lapis) diisi air sekitar 10 lier, lalu dengan masukkan benih ikan ke dalam kantong plastik dengan hati-hati.
2. Masukkan kantong plastik tersebut ke dalam kotak karton yang bagian pinggir dan alas bagian dalamnya dilapisi gabus.
3. Masukkan pecahan es sebanyak 10% dari volume air ke dalam kantong plastik, lalu tempatkan di antara kantong plastik berisi benih dan kotak karton.
4. Jika temperatur air berkisar 20 ◦C, tambahkan lagi es sampai temperatur air di bawah 20◦C.
5. Tambahkan oksigen ke dalam kantong plastik berisi benih ikan secara perlahan sampai perbandingan volume air dan oksigen 1 : 1, lalu ikat erat kantong plastik tersebut.

Tidak semua teknik pengangkutan yang sama dapat diterapkan untuk semua jenis ikan. Oleh karena itu, diperlukan percobaan pendahuluan tentang kepadatan yang layak, kualitas air, volume wadah yang baik dan aman, serta alat angkut yang efisien. Siap mengirim benih? (Althaf Danayah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *